BRANDING DIRI = MUNAFIK?
BRANDING DIRI = MUNAFIK?
Kejadian 41:1-36
Dalam konteks ROHANI, ada beberapa PANDANGAN mengenai PERSONAL BRANDING.
Ada yang MENGANGGAP itu:
- PENTING dan BAIK DILAKUKAN supaya kita bisa tampil sebagai TERANG yang EFEKTIF menyampaikan PESAN, TELADAN, dan PENGARUH FIRMAN.
- NEGATIF, karena dianggap TIDAK SEJALAN dengan SIKAP RENDAH HATI, karena kita DITUNTUT TAMPIL dan NENUNJUKKAN DIRI.
- Sikap NARSISTIK.
- KEMUNAFIKAN karena banyak orang berusaha MEMBENTUK dan MENAMPILKAN PERSONAL BRANDING yang SANGAT BEDA dengan DIRINYA yang SEBENARNYA.
KENYATAANNYA, ALKITAB mencatat beberapa NAMA yang punya PERSONAL BRANDING KUAT.
SALAH SATUNYA adalah Yusuf.
Sejak remaja Yusuf belajar memahami PANGGILAN TUHAN atas DIRINYA, yang mana terkait dengan MIMPI.
Di AWAL ia memang KURANG BIJAK dalam MENYAMPAIKAN sehingga ia DIANGGAP kakak-kakaknya sebagai adik yang SOMBONG.
Tapi, Yusuf kemudian BELAJAR.
Meski ia melewati PROSES HIDUP yang KERAS, ia TAK MENYERAH.
la tetap MENGANDALKAN TUHAN karena ia PERCAYA TUHAN memiliki RENCANA BESAR atas HIDUPNYA.
Di PENJARA, Yusuf kembali BERSINGGUNGAN dengan MIMPI.
Kali ini ia MENGARTIKAN MIMPI dua rekannya di PENJARA.
Yusuf juga memberi PESAN kepada JURU MINUMAN untuk MENGINGATNYA saat ia KEMBALI ke ISTANA (Kej. 40:14).
Meski sempat DILUPAKAN, tapi KUATNYA PERSONAL BRANDING Yusuf sebagai AHLI MENGARTIKAN MIMPI ini DIINGAT JURU MINUMAN saat Firaun minta MIMPINYA DIARTIKAN.
Dari sinilah, RENCANA TUHAN DINYATAKAN atas Yusuf.
Dari PENJARA ke ISTANA.
Dari NARAPIDANA jadi PENGUASA.
Dari ANAK yang akan DIBUNUH kakak-kakaknya menjadi PENYELAMAT KELUARGA dan BANGSANYA.
PERSONAL BRANDING BUKANLAH KEMUNAFIKAN karena PERSONAL BRANDING yang BAIK justru harus MUNCUL dari KEJUJURAN.
MEMBANGUN PERSONAL BRANDING juga TIDAK akan menjadi SIKAP NARSISTIK dan KESOMBONGAN jika kita MELAKUKANNYA BUKAN agar DIPUJI orang, MELAINKAN untuk MEMULIAKAN TUHAN (ay. 16), dengan cara MENGEMBANGKAN TALENTA dan MENGHIDUPI PANGGILAN TUHAN atas diri kita.
Komentar
Posting Komentar