KETIDAKNYAMANAN
KETIDAKNYAMANAN
Ibrani 11, Lukas 14:26
Semua orang ingin KENYAMANAN.
Kita ingin DUDUK atau TIDUR di TEMPAT NYAMAN.
Kita memilih TEMPAT TINGGAL, KENDARAAN, atau PAKAIAN yang NYAMAN.
Kita suka MAKAN MAKANAN yang NYAMAN di lidah.
Kita pilih PEKERJAAN atau LINGKUNGAN KERJA yang NYAMAN.
Apalagi memilih PASANGAN.
TAK ADA orang yang MENCARI PASANGAN yang selalu membuat dirinya TAKUT, TERANCAM dan TAK TENANG.
Kita juga berusaha MENCARI CARA TERMUDAH dan TERPRAKTIS karena itu LEBIH NYAMAN.
Kita juga LEBIH SUKA MENIRU orang lain yang sudah TERBUKTI BERHASIL daripada MENCIPTAKAN atau MENCOBA CARA BARU dalam melakukan sesuatu, karena itu juga LEBIH NYAMAN.
Tapi, dalam HIDUP ini kita juga akrab dengan KETIDAKYAMANAN.
Itu hal yang kerap kali TIDAK BISA kita HINDARI dan MAU TAK MAU harus kita JALANI.
Bahkan dari LAHIR, kita MENGALAMINYA.
Bayi MENANGIS begitu dilahirkan karena merasakan KETIDAKNYAMANAN.
Anak DISAPIH menjadi REWEL karena TAK NYAMAN.
Saat BELAJAR sesuatu, akan ada waktunya kita GAGAL atau kita DITERTAWAKAN, DIKRITIK, DITEGUR, dan itu pun TIDAK NYAMAN.
Saat PERTAMA KALI MELAKUKAN sesuatu, kita harus BERSIAP sedemikian rupa, kita harus MENGATASI RASA MALU, TAKUT, juga KECEWA saat hasilnya TAK SESUAI EKSPEKTASI, itu pun TIDAK NYAMAN.
Tapi, itulah yang HARUS DIJALANI.
Para JUARA dan ORANG SUKSES pasti PERNAH bahkan SERING mengalami KETIDAKYAMANAN.
Namun, yang MEMBEDAKAN mereka dengan orang lain adalah PARA JUARA TERUS MAJU, ORANG SUKSES tetap BERANI MENCOBA HAL BARU, walaupun yang dihadapi TAK MEMBUAT NYAMAN.
Para PAHLAWAN IMAN di ALKITAB adalah orang-orang yang BERANI mengalami KETIDAKYAMANAN.
Bukan berarti ingin NYAMAN itu selalu SALAH.
Bukan berarti TUHAN selalu berusaha MENGUSIK KENYAMANAN kita.
Namun, JANGAN sampai kita TERBUAI dengan KENYAMANAN sehingga kita MELUPAKAN TUGAS kita, MENYIA-NYIAKAN POTENSI kita, dan MENOLAK BERUBAH jadi LEBIH BAIK.
Komentar
Posting Komentar