NGONO YO NGONO
NGONO YO NGONO
1 Korintus 10:14-33
Ada falsafah Jawa untuk mengajar BUDI PEKERTI adalah NGONO YO NGONO NING OJO NGONO.
Artinya: BEGITU YA BEGITU, TAPI JANGAN BEGITU.
Singkatnya, ungkapan itu mempunyai arti sebagai PERINGATAN agar orang TIDAK BERBUAT yang TERLALU BERLEBIHAN, sekalipun mungkin saja orang itu PUNYA HAK untuk MELAKUKANNYA.
Beberapa kali saya melihat orang yang MAKAN ala BUFFET atau ALL YOU CAN EAT MENGAMBIL MAKANAN dalam JUMLAH yang SANGAT BERLEBIHAN.
MAKAN saja BELUM, tapi sudah AMBIL INI ITU.
MEJA pun PENUH dengan MAKANAN.
Yang MEMPRIHATINKAN, MAKANAN itu TIDAK HABIS dimakan.
BANYAK SISA MAKANAN.
APAKAH pengunjung itu BISA DISALAHKAN?
Tentu saja TIDAK, sebab konsep MAKAN PRASMANAN MEMBERI HAK kepada KONSUMEN untuk BEBAS MAKAN APA SAJA BERAPAPUN JUMLAHNYA.
NGONO YO NGONO NING OJO NGONO.
BEBAS, tapi mestinya KIRA-KIRA.
BEBAS, tapi harusnya TANGGUNG JAWAB.
BERANI AMBIL BANYAK, BERANI MENGHABISKANNYA!
BUKANKAH hal itu hanya menunjukkan orang tersebut RAKUS, SERAKAH, sekaligus TIDAK BERTANGGUNG JAWAB?
Hal itu menunjukkan bahwa SIKAP seperti itu jelas menjadi BATU SANDUNGAN.
Di jemaat Korintus terjadi PERDEBATAN dalam hal APAKAH BOLEH MAKAN MAKANAN PERSEMBAHAN BERHALA atau MAKAN segala sesuatu yang DIJUAL di pasar TANPA MENGADAKAN PEMERIKSAAN dulu.
Sebenarnya TIDAK ADA MASALAH dengan hal itu, namun supaya TIDAK JADI BATU SANDUNGAN maka ORANG PERCAYA JANGAN MENGGUNAKAN "HAKNYA" untuk MAKAN MAKANAN yang "BELUM JELAS" itu.
Sebagai ORANG PERCAYA, TAK SEHARUSNYA kita MELAKUKAN HAL-HAL meski TAK DILARANG tapi nyatanya bisa jadi BATU SANDUNGAN (baca ay.23).
Ini artinya NGONO YO NGONO NING OJO NGONO!
Komentar
Posting Komentar