KULIT LUAR



KULIT LUAR
2 Tesalonika 3:1-15 + Amsal 12:9

Di sebuah tempat pencucian, saya MENGOBROL dengan pekerjanya dan dia BERCERITA, sekitar 2 tahun lalu, pernah MEMBUKA USAHA PENCUCIAN SEPEDA MOTOR.

Setahun berjalan, USAHA itu sebenarnya LUMAYAN, tapi ia TINGGALKAN dan ia LEBIH MEMILIH BERGABUNG dengan sebuah perusahaan finance.

Alasannya karena ia ingin DIPANDANG LEBIH BAIK oleh orang lain.

“Kalau kerja kantoran rasanya LEBIH PERCAYA DIRI, Bang,” katanya.

BERSERAGAM, BERDASI, KANTOR yg MEGAH, seakan-akan MEYAKINKAN orang di sekitarnya bahwa ia memang BEKERJA.

Namun, ia hanya BERTAHAN dalam hitungan bulan, TIDAK BETAH dengan suasana kerja di sana, lalu MEMBUKA KEMBALI usaha pencucian motornya.

Demi GENGSI, la malah merasa TAK BERARTI.

Di usaha cuci motornya itu ia mendapatkan PENGHASILAN LEBIH BESAR, malah MEMPEKERJAKAN 2 orang lain bersamanya.

Tak bisa dimungkiri, manusia cenderung memandang “KULIT LUAR” seseorang.

Guru, rohaniwan, dan dokter dianggap MULIA; pejabat dan pegawai negeri dianggap MAPAN; dst.

Kita lebih mudah membangun KESAN-KESAN seperti itu begitu mendengar PEKERJAAN seseorang, tapi lupa, bahwa yg TERUTAMA bukanlah APA PEKERJAAN kita, tapi BAGAIMANA kita BEKERJA.

Paulus memberi teladan, bahwa ia tidak “LALAI BEKERJA” (ay. 7) dan “TIDAK MAKAN ROTI orang dengan PERCUMA” (ay. 8).

Paulus BEKERJA dengan SUNGGUH-SUNGGUH sebagai PEMBUAT TENDA.

Seolah-olah Paulus hendak menyatakan bahwa ia TIDAK MALU menjadi PEMBUAT TENDA, sekalipun ia seorang RASUL yg SANGAT DIHORMATI.

Manusia menjadi TINGGI derajatnya bukan karena STATUS SOSIAL atau PEKERJAANNYA.

Manusia menjadi RENDAH bukan karena la MENGERJAKAN hal-hal yg hanya membuahkan SEDIKIT PENGHASILAN.

TINGGI dan RENDAH derajat manusia ditentukan dari SEMANGAT, KEJUJURAN, KASIH, dan berbagai KEBAIKAN lainnya yg ia pancarkan dari hatinya saat ia bekerja demi kehidupannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BISA JADI BERHALA

MOMEN SEMPURNA

OMBAK DAN SELANCAR