GAJI BUTA, MAU?
GAJI BUTA, MAU?
2 Tesalonika 3:1-15
Seorang ahli psikologi di Stanford University melakukan sebuah PENELITIAN untuk melihat APAKAH orang BEKERJA hanya DEMI UANG semata, ataukah orang BEKERJA untuk mendapat KEPUASAN BATIN bahwa dia sudah MELAKUKAN sesuatu yg BERGUNA.
Ia mendatangi seorang penebang kayu dan berkata kepadanya, "Saya akan MEMBAYAR UPAH Anda 2X LIPAT dari upah yg biasa Anda terima.
Hanya saja Anda akan MENEBANG kayu dengan KAPAK yg TUMPUL.
Anda bahkan TIDAK HARUS MEMOTONG sekeping kayu.
Yg penting Anda TERUS MEMUKUL seperti yg biasa Anda LAKUKAN kalau menebang pohon.
MENDAPAT UPAH 2X LIPAT tentu membuat penebang ini SEMANGAT untuk melakukannya.
Namun baru 1/2 hari, penebang ini BERHENTI dan MENYERAH.
Alasannya, MENEBANG pohon TANPA MELIHAT SERPIHAN KAYU berterbangan itu TIDAK MENYENANGKAN.
la merasa MELAKUKAN sesuatu yg BODOH dan TIDAK BERGUNA.
Karena itu ia MEMUTUSKAN BERHENTI saja.
GAJI BUTA adalah GAJI yg DITERIMA dengan TIDAK USAH BEKERJA.
BEKERJA atau TIDAK, PEKERJAAN SELESAI atau TIDAK, GAJI tetap DIDAPAT.
Bahkan, HASIL PEKERJAAN SEPERTI APA tidak pernah jadi soal, GAJI tetap DITERIMA.
Menurut hitung-hitungan matematika, sepertinya mendapat GAJI BUTA itu UNTUNG.
Dengan USAHA KECIL bahkan TANPA USAHA sama sekali, dapat HASIL yg BESAR.
Namun sebenarnya dari SISI PSIKIS, mendapat GAJI BUTA membuat orang yg MENERIMANYA TIDAK AKAN BAHAGIA.
Karena itu FIRMAN TUHAN memberikan PRINSIP “JIKA TIDAK MAU BEKERJA, JANGANLAH MAKAN” (2 Tes. 3:10).
Ini BUKAN soal BAGAIMANA MENDAPAT UANG, tapi BAGAIMANA supaya PEKERJAAN kita mendatangkan KEBAHAGIAAN bagi kita.
Setiap orang perlu merasa dirinya BERGUNA dengan melihat HASIL dari apa yg DIKERJAKANNYA.
BEKERJA haruslah berbuat sesuatu untuk MENCIPTAKAN NILAI, MEMBERI DAMPAK, dan HASIL KERJA kita bisa DINIKMATI BANYAK ORANG.
Komentar
Posting Komentar