STANDAR KITA

 



STANDAR KITA

Roma 14


Seorang pengusaha sedang JALAN-JALAN di tepi pantai.


Saat MELIHAT seorang nelayan TIDUR-TIDURAN, si pengusaha berkata, "Pak, andai Anda mau LEBIH RAJIN, Anda akan MENDAPAT LEBIH BANYAK ikan. Ikan bisa DIJUAL dan Anda BISA MEMPERKERJAKAN orang. Anda lalu BISA MEMBUAT USAHA PENGOLAHAN ikan dan lalu jadi PENGUSAHA SUKSES SEPERTI saya."


Nelayan itu MEMANDANG si pengusaha dan bertanya, "LALU?"


Si pengusaha berkata, "Anda akan BISA BERSANTAI di tepi pantai, SEPERTI saya!"


Nelayan itu TERTAWA, "Anda kira saya SEKARANG SEDANG APA?"


Mungkin SIKAP seperti itu juga kita MILIKI.


Karena merasa LEBIH SUKSES dari teman kita, lalu kita MENGATUR-ATUR bahkan MEMAKSA teman kita harus MELAKUKAN SEPERTI kita.


Tak ada salahnya MENASIHATI dan MEMBERI KIAT yang sekiranya bisa MENOLONG orang lain.


Tapi, HATI-HATI agar kita JANGAN SOMBONG lalu MEMAKSAKAN semua orang harus MENGIKUTI kita. 


STANDAR PRIBADI kita, entah itu berupa JUMLAH HARTA kita, TINGGINYA JABATAN kita, BANYAKNYA PRESTASI kita, LUASNYA WAWASAN kita, atau PENGALAMAN kita, dll, BELUM TENTU COCOK menjadi STANDAR ORANG LAIN juga.


STANDAR KEBENARAN SEJATI adalah FIRMAN TUHAN, bukan hal-hal tadi.


Maka, JANGAN kita SOMBONG apalagi MENGHAKIMI orang lain dengan STANDAR PRIBADI kita.


Akan LEBIH BAIK jika kita mau MENGESAMPINGKAN EGO kita, termasuk keinginan MEMBENARKAN DIRI (meski kita memang benar), jika itu bisa menjadi BATU SANDUNGAN bagi orang lain (ay.13).


Sebaliknya, kita perlu LEBIH RENDAH HATI.


Termasuk menerima orang yang LEMAH IMANNYA, TANPA MENGAJAKNYA BERDEBAT hanya karena kita merasa LEBIH TAHU dan LEBIH BENAR darinya. 


Selama itu BUKAN HAL PRINSIPIL, selama yang orang lain lakukan itu BUKAN KEJAHATAN atau DOSA, TAK PERLU BERUSAHA MENGUBAHNYA hanya agar ia MENJADI SEPERTI diri kita.


Sekali lagi, STANDAR PRIBADI kita BELUM TENTU COCOK untuk orang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BISA JADI BERHALA

MOMEN SEMPURNA

OMBAK DAN SELANCAR