EMPATI DALAM BISNIS
EMPATI DALAM BISNIS
Roma 12:15, Matius 22:39
Banyak orang mengartikan PEMASARAN sebagai CARA MEMBUJUK ORANG agar MEMBELI dari kita.
Bisa dengan MERAYU, MENARIK PERHATIAN, MEMPERMAINKAN PERASAAN, membuat mereka BERGANTUNG pada kita, dsb.
APA memang SEPERTI itu?
Itu sebenarnya KURANG TEPAT.
Karena kita BERBISNIS dan MENJUAL kepada manusia, kita tak akan benar-benar tahu APA yang orang lain BUTUHKAN.
Kita tak akan tahu persis ALASAN orang TERTARIK kepada SESUATU.
MANUSIA BUKAN MESIN.
SIAPA yang TERTARIK dengan menu "DAUN DISEDUH AIR?
Tapi, jika ditulis TEH MANIS atau BLACK TEA, itu MENARIK karena kata "MANIS" dan WARNA HITAM membuat konsumen bisa MEMBAYANGKAN APA yang akan mereka NIKMATI.
Konsumen punya PERASAAN, IMAJINASI dan NILAI, mereka juga butuh RELASI, BUKAN HANYA LOGIKA.
Ini sebabnya, BISNIS dan MENJUAL harus disertai PERASAAN dan EMPATI alias bisa MENEMPATKAN DIRI di POSISI ORANG LAIN.
BEREMPATI, KEPEDULIAN terhadap PERASAAN ORANG LAIN, MEMBANGUN RELASI, dsb, BUKAN hanya harus DILAKUKAN di DUNIA PELAYANAN saja.
EMPATI adalah salah satu HUKUM KASIH (Mat. 22:39) dan PERINTAH kepada SEMUA PENGIKUT KRISTUS (Rm. 12:15).
Ini BERLAKU DI MANAPUN, termasuk di DUNIA KERJA dan USAHA.
Di DUNIA USAHA, HARGA MURAH TAK LAGI MENARIK jika PELAYANANNYA BURUK.
PRODUK BAGUS bisa KALAH dengan PEMASARAN yang relate dengan APA yang DIRASAKAN KONSUMEN.
Menawarkan PRODUK BERTEKNOLOGI TINGGI bisa SIA-SIA jika TIDAK DISERTAI hal-hal seperti LAYANAN KONSULTASI atau juga FREE TRIAL di mana CALON KONSUMEN bisa mendapatkan EDUKASI dan PENGALAMAN untuk MENCOBA lebih dulu sebelum memutuskan MEMBELI.
Hal-hal seperti ini baru akan bisa DILAKUKAN jika PERUSAHAAN punya EMPATI pada KONSUMENNYA.
EMPATI juga perlu diberikan kepada REKAN KERJA dan ATASAN/BAWAHAN kita.
MEMBERI EMPATI bukan terbatas saat orang lain mengalami KESUSAHAN, tapi EMPATI juga harus ada saat kita MEMBUAT STRATEGI, saat kita MEMBUAT PRODUK, MENJUAL, juga saat kita BEKERJA SAMA dengan orang lain.
Komentar
Posting Komentar