BERSAKSI DUSTA

 

BERSAKSI DUSTA

Keluaran 20:16

Dalam kehidupan sehari-hari, kita terkadang melakukan SAKSI DUSTA.

Kita tak ubahnya BERSAKSI DUSTA saat MEMBESAR-BESARKAN CERITA agar orang TERKESAN pada kita. 

Kita BERSAKSI DUSTA ketika kita MENYEBAR GOSIP. 

Meski GOSIP itu bisa berdasar FAKTA, tapi kita MENAMBAH-NAMBAHINYA atau hanya MENYOROTI SATU SISI saja, sehingga ORANG yang MENDENGAR bisa mendapatkan KESAN yang MELENCENG. 

BERBOHONG, MEMBUAL, MENGGOSIP, nyatanya adalah HAL yang bisa DITEMUKAN DI MANA-MANA, bukan?

Kita mungkin berkata, saya TIDAK PERNAH MELAKUKAN 3 HAL itu.

Tapi, BERSAKSI DUSTA tidak berhenti di situ saja.

Di ZAMAN MEDSOS dan semacamnya ini, BERSAKSI DUSTA juga terjadi dalam BENTUK-BENTUK LAIN.

Kita bisa BERSAKSI DUSTA saat:

1. PENILAIAN kita hanya mengikuti OPINI POPULER dan BANYAK PENDUKUNGNYA.

Padahal, itu BUKAN BERARTI BENAR.

Jika kita MENDUKUNG OPINI yang TIDAK BENAR, BUKANKAH itu sama dengan BERSAKSI DUSTA?

Memang, MENENTANG PENDAPAT POPULER juga harus siap DICEMOOH, DIBULLY, bahkan DICANCEL, tapi BUKANKAH DUNIA memang selalu MENENTANG KEBENARAN?

2. BERSIKAP TIDAK ADIL.

ADIL adalah MENYATAKAN yang BENAR sebagai BENAR dan yang SALAH sebagai SALAH.

Bukan berarti kita lalu menjadi PRIBADI yang DINGIN dan SUKA MENGHAKIMI/MENUDING SANA SINI.

Kita perlu MEMAHAMI ini agar kita LEBIH BERHATI-HATI dalam BERSIKAP, khususnya dalam UCAPAN, PENDAPAT, dan PENILAIAN kita.

JANGAN sampai kita justru menjadi SAKSI DUSTA.