JUJUR DAN TULUS
JUJUR DAN TULUS
Amsal 11
Saat saya bermain badminton, kerap kali TANPA ADANYA WASIT, apalagi HAKIM GARIS yg menentukan masuk tidaknya bola di dalam lapangan.
Maka dengan begitu, kami bermain dengan landasan SPORTIVITAS, KEJUJURAN, dan bahkan harus bersedia PERCAYA kepada lawan seandainya lawan menyatakan bola masuk atau keluar.
Kami sepakat untuk bersikap SPORTIF dan JUJUR, supaya PERMAINAN menjadi MENYENANGKAN.
Ini yg SULIT.
Di satu sisi saya ingin MEMENANGKAN permainan, namun di sisi lain saya harus benar-benar JUJUR dan SPORTIF.
LEBIH SULIT lagi ketika lawan mulai bermain CURANG (biasanya dalam menentukan bola masuk atau keluar), APAKAH saya akan MEMBALASNYA dengan cara yg juga CURANG?
ATAUKAH saya tetap mempertahankan KEJUJURAN saya meski saya harus KALAH dalam pertandingan itu?
Seperti itu jugalah KEHIDUPAN ini, terkadang tidak ada orang yg MENGAWASI kita.
Kita sendirilah yg menjadi “WASIT” bagi diri kita sendiri.
AKANKAH kita tetap bersikap JUJUR dan menjadikan INTEGRITAS sebagai warna kita?
ATAUKAH kita mempergunakan SITUASI yg sedang TIDAK DIAWASI itu sebagai KESEMPATAN untuk berbuat CURANG?
TIDAK BERBUAT dosa karena TIDAK ADA KESEMPATAN berbuat dosa itu GAMPANG.
Yg SULIT adalah TIDAK BERBUAT dosa di saat KESEMPATAN untuk BERBUAT dosa TERBUKA LEBAR.
HIDUP adalah PERTANDINGAN.
Karena itu, sudah sewajarnya kalau kita ingin MENANG.
Namun demikian, KEMENANGAN BUKANLAH yg TERUTAMA.
CARA kita MERAIH KEMENANGAN, itulah yg TERPENTING!
APA GUNANYA kita SUKSES, tapi kita memperolehnya dengan CARA CURANG?
APA GUNANYA kita SUKSES, kalau demi hal itu kita mengkhianati INTEGRITAS kita sendiri?
Amsal 11 MENGINGATKAN kita agar kita memilih JALAN yg LURUS, yaitu HIDUP dalam KETULUSAN dan KEJUJURAN.
Memang SULIT, tapi bukan berarti TIDAK BISA.
Memang TIDAK ADA manusia yg MELIHAT kita, tapi bukankah ada TUHAN yg MELIHAT “BATU TIMBANGAN yg TEPAT”? (ay 1).
Komentar
Posting Komentar