STANDAR YANG BAIK
STANDAR YANG BAIK
Kejadian 1
Kita mungkin pernah:
- MENDENGAR jembatan baru SEMINGGU LALU DIRESMIKAN, sudah terjadi KERUSAKAN, sehingga terpaksa DITUTUP untuk DIPERBAIKI.
- MAKAN di rumah makan, ternyata MAKANANNYA ADA bagian yg BELUM MATANG atau malah GOSONG.
- MELIHAT film dengan setting ABAD PERTENGAHAN tapi salah satu aktornya memakai sepatu MODEL ZAMAN SEKARANG atau ada MOBIL LEWAT, dsb.
Kita mungkin akan bertanya-tanya, “APA yg DIPIKIRKAN si pembuatnya? BAGAIMANA bisa hal seperti itu dinyatakan LAYAK DIKONSUMSI, LAYAK DIGUNAKAN, atau LAYAK TAYANG?”
Tentu saja SEBENARNYA TIDAK ADA seorang koki yg ingin menyajikan MASAKAN GOSONG atau BELUM MATANG.
TIDAK ADA insinyur ingin menyajikan BANGUNAN yg RUSAK dalam SEMINGGU.
Semua orang ingin menghasilkan satu KARYA yg SEMPURNA.
Tapi, MENGAPA itu BISA bahkan KERAP TERJADI?
Sering kali itu karena TIDAK ADA STANDAR dan VISI yg JELAS ketika ia bekerja.
Banyak orang yg TIDAK PUNYA STANDAR, TIDAK BISA menentukan KAPAN pekerjaannya bisa layak dinyatakan SELESAI.
Banyak orang yg TIDAK PUNYA VISI, TIDAK BISA menentukan KUALITAS seperti apa yg ingin ia RAIH dalam BEKERJA.
Akhirnya, STANDARNYA mungkin adalah:
- WAKTU.
Karena WAKTU HABIS, maka itu dianggap SELESAI.
- DANA.
Karena sudah TAK ADA DANA untuk penyempurnaan, maka produk itu DILUNCURKAN.
- KOMPLAIN.
Karena konsumen sudah MARAH-MARAH ingin PESANANNYA DISAJIKAN, maka masakan BELUM MATANG pun DISAJIKAN.
Ketika TUHAN menciptakan bumi dan seisinya, lA pun bekerja dengan STANDAR dan VISI.
lA tahu KAPAN lA CUKUP menciptakan dan mengisi dunia dan lA melihat segala
yg DICIPTAKAN-NYA itu BAIK.
SEHARUSNYA CARA KERJA kita seperti itu juga.
STANDAR dan VISI akan membuat kita bisa BEKERJA SESUAI WAKTU yg kita SANGGUPI dan sesuai JANJI yg kita BERIKAN pada konsumen.
Komentar
Posting Komentar