MENERIMA BAGIAN SULIT

 



MENERIMA BAGIAN SULIT

Hakim-Hakim 4


Saya INGIN BEROLAHRAGA RUTIN, tapi saya TIDAK MAU BADAN saya LELAH.


Saya MAU SAAT RAPAT semuanya diberi KESEMPATAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT, tapi saya TIDAK MAU RAPATNYA jadi MOLOR.


Saya INGIN membuat INOVASI BARU, tapi saya ENGGAN jika harus MEMPRESENTASIKANYA di hadapan orang banyak karena saya TAK MAU dianggap ANEH atau DITOLAK.


BERAPA SERING kita BERANDAI-ANDAI seperti itu?


Kita INGIN MELAKUKAN HAL yang BERBEDA, yang BARU, PERUBAHAN, tapi kita ENGGAN MENERIMA BAGIAN SULIT atau TIDAK ENAKNYA.


Ada kalanya kita memang bisa MENGURANGI BAGIAN yang SULIT atau TIDAK ENAK itu, tapi untuk itu BUTUH USAHA dan FOKUS EKSTRA.


Misalnya, kita bisa membuat SEMUA PESERTA RAPAT BERPENDAPAT, tapi tentu TIDAK SECARA LISAN atau BERGILIRAN saat RAPAT.


Mungkin kita bisa membuat PENDAPAT itu DISAMPAIKAN secara TERTULIS atau SEBELUMNYA DIBAHAS dan DISORTIR LEBIH DULU dalam kelompok kecil.


Dibutuhkan USAHA dan inilah PR kita saat hendak membuat PERUBAHAN, yaitu BAGAIMANA agar HAL POSITIF dapat TERJADI tapi dengan MEMINIMALISIR DAMPAK NEGATIFNYA.


Namun, ada kalanya BAGIAN SULIT itu memang BAGIAN yang TAK TERPISAHKAN.


LELAH adalah CARA OTOT TUBUH kita BERADAPTASI dengan LATIHAN FISIK.


Jika SUDAH BERADAPTASI, maka TERBENTUKLAH OTOT dan TUBUH yang LEBIH KUAT.


Dan jika ingin INOVASI kita DITERIMA, atau paling tidak DICOBA, mau tak mau kita harus MEMPRESENTASIKANYA ke PUBLIK lebih dulu.


Itu seperti DUA SİSİ MATA UANG yang TAK TERPISAHKAN.


Ya, jika INGIN MAJU dan BERKEMBANG, mau tak mau kita harus BERANI MENGHADAPI TANTANGAN dan RISIKO.


Jika INGIN DIPERCAYA, jika INGIN MEMIMPIN, kita harus BERANI MENGAMBIL TANGGUNG JAWAB.


Itu SEPAKET.


Barak, yang meski BERANI BERPERANG tapi ENGGAN MENGAMBIL TANGGUNG JAWAB.


Pada AKHIRNYA, BUKAN Barak, tapi seorang perempuan, yaitu Yael, yang mendapatkan KEHORMATAN sebagai ORANG yang MENGALAHKAN Sisera.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BISA JADI BERHALA

MOMEN SEMPURNA

OMBAK DAN SELANCAR