IMAN BUKAN HIASAN
IMAN BUKAN HIASAN
Yakobus 2:14-26
Dibalik BENCANA HEBAT GEMPA BUMI di Jepang th 2011, ternyata juga menyisakan SISI LAIN dari sikap sebagian besar orang Jepang yg SELAYAKNYA DITELADANI.
Saat BENCANA terjadi, beberapa pengunjung orang Jepang yg sedang MENIKMATI hidangan di sebuah restoran di Tokyo, secara spontan berhamburan MENINGGALKAN restoran dan TIDAK SEMPAT MEMBAYAR.
Namun, beberapa hari setelah bencana, semua pengunjung itu MENDATANGI restoran itu dan MEMBAYAR sesuai dengan TAGIHAN.
Dunia memang telah MENGAKUI betapa orang-orang Jepang SANGAT MENJUNJUNG TINGGI SIKAP SPORTIVITAS yg TINGGI.
NILAI-NILAI MULIA itu tidak hanya menjadi sekadar SLOGAN atau KALIMAT-KALIMAT INDAH yg menghiasi fisik mereka, tetapi mereka benar-benar MENGIMPLIKASIKAN SIKAP MULIA itu dalam KESEHARIANNYA.
BAGAIMANA dengan kita sebagai ANAK TUHAN di dunia kerja?
JANGAN-JANGAN kita justru KALAH JAUH dibandingkan orang Jepang yg MAYORITAS TIDAK KENAL TUHAN itu!
FIRMAN TUHAN hari ini menegaskan pada kita bahwa IMAN itu TIDAK SEPANTASNYA hanya menjadi EMBEL-EMBEL PENGHIAS KEHIDUPAN LUAR saja.
“IMAN itu haruslah DIBUKTIKAN dalam PERBUATAN.”
“IMAN yg tidak disertai dengan PERBUATAN adalah IMAN yg MATI.”
SLOGAN-SLOGAN tentang INTEGRITAS itu seharusnya telah BERUBAH menjadi PERILAKU dalam HIDUP kita.
Jika kita kembali MERENUNGKAN KISAH BENCANA di atas, bisa saja para pengunjung itu MEMILIH untuk TIDAK KEMBALI dan MEMBAYAR TAGIHAN.
Tetapi mereka TAHU bahwa PILIHAN seperti itu BUKANLAH SIKAP seorang KSATRIA yg MENJUNJUNG TINGGI NILAI-NILAI LUHUR dalam HIDUP.
NILAI-NILAI MULIA itu begitu KUAT MENGAKAR dalam HIDUP mereka sehingga mendorong mereka BERPERILAKU SEJALAN dengan NILAI-NILAI tersebut.
Kita mengaku BERIMAN, tapi APAKAH kita MENGAMALKAN IMAN tersebut dalam HIDUP kita sehari-hari?
Yakobus 2:14-26
Dibalik BENCANA HEBAT GEMPA BUMI di Jepang th 2011, ternyata juga menyisakan SISI LAIN dari sikap sebagian besar orang Jepang yg SELAYAKNYA DITELADANI.
Saat BENCANA terjadi, beberapa pengunjung orang Jepang yg sedang MENIKMATI hidangan di sebuah restoran di Tokyo, secara spontan berhamburan MENINGGALKAN restoran dan TIDAK SEMPAT MEMBAYAR.
Namun, beberapa hari setelah bencana, semua pengunjung itu MENDATANGI restoran itu dan MEMBAYAR sesuai dengan TAGIHAN.
Dunia memang telah MENGAKUI betapa orang-orang Jepang SANGAT MENJUNJUNG TINGGI SIKAP SPORTIVITAS yg TINGGI.
NILAI-NILAI MULIA itu tidak hanya menjadi sekadar SLOGAN atau KALIMAT-KALIMAT INDAH yg menghiasi fisik mereka, tetapi mereka benar-benar MENGIMPLIKASIKAN SIKAP MULIA itu dalam KESEHARIANNYA.
BAGAIMANA dengan kita sebagai ANAK TUHAN di dunia kerja?
JANGAN-JANGAN kita justru KALAH JAUH dibandingkan orang Jepang yg MAYORITAS TIDAK KENAL TUHAN itu!
FIRMAN TUHAN hari ini menegaskan pada kita bahwa IMAN itu TIDAK SEPANTASNYA hanya menjadi EMBEL-EMBEL PENGHIAS KEHIDUPAN LUAR saja.
“IMAN itu haruslah DIBUKTIKAN dalam PERBUATAN.”
“IMAN yg tidak disertai dengan PERBUATAN adalah IMAN yg MATI.”
SLOGAN-SLOGAN tentang INTEGRITAS itu seharusnya telah BERUBAH menjadi PERILAKU dalam HIDUP kita.
Jika kita kembali MERENUNGKAN KISAH BENCANA di atas, bisa saja para pengunjung itu MEMILIH untuk TIDAK KEMBALI dan MEMBAYAR TAGIHAN.
Tetapi mereka TAHU bahwa PILIHAN seperti itu BUKANLAH SIKAP seorang KSATRIA yg MENJUNJUNG TINGGI NILAI-NILAI LUHUR dalam HIDUP.
NILAI-NILAI MULIA itu begitu KUAT MENGAKAR dalam HIDUP mereka sehingga mendorong mereka BERPERILAKU SEJALAN dengan NILAI-NILAI tersebut.
Kita mengaku BERIMAN, tapi APAKAH kita MENGAMALKAN IMAN tersebut dalam HIDUP kita sehari-hari?
Komentar
Posting Komentar